Musibah Kubro Kanjuruhan, Dr Abdul Azis SR: Pemerintah Responsif

MALANG – Dr Abdul Azis SR, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (UB) Malang menilai, pemerintah cukup responsif terhadap musibah kubro (besar) Stadion Kanjuruhan Malang. Sikap responsif itu direpresentasikan Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy yang terjun ke lapangan pada kesempatan pertama.

 

“Kehadiran pejabat negara sekelas menteri setidaknya mengurangi sebagian dari rasa duka dan kepedihan mendalam keluarga korban tragedi Kanjuruhan. Kehadiran Menko Muhadjir insya Allah menjadi kekuatan tersendiri yang ikut membesarkan hati keluarga korban. Ikut menaikkan derajat keikhlasan atas anggota keluarga (anak, suami, isteri, keponakan) yang  meninggal dalam tragedi  itu,” kata Azis.

 

Sebagaimana diberitakan, musibah kubro (besar) terjadi pada saat pertandingan tuan rumah Arema FC Malang  melawan Persebaya Surabaya dalam kompetisi Liga Indonesia Baru (LIB) di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022) malam. Dalam musibah itu sekitar 125 orang meninggal dunia, ratusan orang luka-luka. Korban dari kalangan penonton, pedagang asongan, polisi. Terdiri dari laki-laki dan perempuan berumur 4 tahun sampai orang tua.

 

Pemerintah masih menyelidiki penyebab musibah ini dengan membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) yang diketuai Menko Polhukam  Mahfud MD. Namun nitizen menduga penyebab musibah adalah tembakan gas air mata aparat keamanan terhadap penonton di tribun utara, timur dan selatan.

 

Tembakan itu membuat penonton panik sehingga berebut keluar. Apalagi gas air mata itu mengakibatkan mata perih sampai tidak bisa melihat, sesak nafas. Terjadilah chaos,  massa  saling dorong, berdesakan, berjatuhan dan terinjak. Penggunaan gas air mata memang paling  disorot karena FIFA melarang membawa masuk gas air mata di dalam staion, apalagi menggunakannya.

Menurut Abdul Azis, penulis buku Ekonomi Politik Monopoli  (terbit tahun 2018) pemerintah memang harus cepat tanggap. Harus responsif. “ Menko PMK Muhadjir Effendy berusaha hadir di kesempatan pertama ketika terjadi sesuatu di masyarakat yang berada dalam lingkup tugas dan kewenangannya,” tegas mantan Direktur Eksekutif Centre for Public Studies (CPPS), sebuah lembaga think tank  Gubernur Jatim Imam Utomo.

 

Muhadjir memang terjun ke lapangan kurang dari 10 jam setelah musibah kubro terjadi. Pada Sabtu malam Muhadjir beristirahat di rumah kelahirannya di Dusun Mojorejo, Desa Klitik, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun. Ia baru menyelesaikan tugasnya di Bali dan sempat menghadiri acara Kahmi di Surabaya, Sabtu malam. Rencananya Minggu pagi meneruskan perjalanan dari Caruban ke Karanganyar, Solo dalam acara festival keris.

 

Begitu mengetahui ada insiden Kanjuruhan, Muhadjir pagi hari langsung berangkat  menuju Malang dengan perjalanan darat lebih kurang 170 km. Dia blusukan antara lain mengunjungi korban, baik yang luka-luka maupun yang meninggal di beberapa rumah sakit.  Meninjau Stadion Kanjuruhan. Dia mengkoordinasikan aktivitas mitigasi atau tanggap darurat bencana.  Membagikan santunan dari pemerintah terhadap keluargga korban.

 

Praktis dia blusukan selama dua hari mulai pagi sampai larut malam. Dalam tempo dua hari masalah tanggap darurat bencana seperti penanganan korban di rumah sakit, pembagian santunan bisa diselesaikan.

 

Dia juga berusaha meredam emosi Aremania untuk mencegah terjadinya ledakan sosial meskipun hal itu luar tupoksinya.

 

“Pemerintah itu sejatinya  memang melayani, mengayomi, dan berempati terhadap sesuatu yang menimpa masyarakat. Insya Allah Menko Muhadjir berusaha melakukan itu,” kata Azis yang juga editor buku  Republik Salah Kelola (2021) ini. (ANO)